Jakarta – Kritik pedas yang dilontarkan oleh Desy Boban, seorang mahasiswi asal Asmat yang tengah menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

Melalui akun media sosialnya, Desy menyuarakan kegelisahannya yang mewakili keresahan banyak pihak terkait penyalahgunaan beasiswa oleh sebagian mahasiswa asli Papua di tanah rantau. Jum’at, (9/5).

Dalam unggahannya, Desy dengan tegas menyatakan keprihatinannya terhadap sejumlah mahasiswa Papua yang dinilainya telah menyia-nyiakan beasiswa negara. Ia menyoroti perilaku menyimpang seperti mabuk-mabukan yang berujung pada keonaran dan keributan, serta melalaikan tanggung jawab akademik.

Desy Boban & Glendy, Foto: Istimewa

“Beasiswa ini bukan hak mutlak. Ini amanah besar dari negara, dari pajak rakyat Indonesia yang bekerja keras. Sementara banyak anak Indonesia harus bersaing ketat untuk mendapatkannya, sebagian mahasiswa Papua justru menganggapnya sebagai tiket bersenang-senang,” tulis Desy dalam unggahannya.

Pernyataan tersebut menuai beragam tanggapan, termasuk dukungan dari sesama mahasiswa Papua. Salah satunya datang dari Glendy Somae, mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia. Glendy menilai bahwa kritik Desy sangat relevan dan perlu dijadikan bahan refleksi kolektif.

“Apa yang disampaikan Desy adalah bentuk kepemimpinan moral yang patut diapresiasi. Kritik ini bukan untuk menjatuhkan, tapi untuk menyadarkan, bahwa pendidikan adalah alat perjuangan, bukan pelarian,” kata Glendy.

Glendy juga menambahkan bahwa keberanian menyuarakan kebenaran dari dalam komunitas sendiri adalah langkah awal untuk perubahan. Menurutnya, suara seperti Desy harus didengar oleh pemerintah agar sistem beasiswa dapat dievaluasi lebih ketat dan tepat sasaran.

Desy dan Glendy sepakat bahwa kesempatan emas yang diberikan kepada mahasiswa Papua tidak boleh disia-siakan. Pendidikan, kata mereka, bukan sekadar soal gelar, melainkan tentang membangun kapasitas untuk memperbaiki ketimpangan sosial di tanah kelahiran.

Di tengah harapan akan perubahan, keduanya menyerukan kepada pemerintah agar melakukan evaluasi berkala terhadap penerima beasiswa, memastikan hanya mereka yang memiliki komitmen dan prestasi yang pantas menerima bantuan. Mereka juga mendorong mahasiswa Papua untuk menata ulang arah perjuangan akademiknya.

BACA JUGA   Festival Pantai Lapasi Kembali Digelar di Desa Lako Akelamo Halmahera Barat

“Papua yang lebih baik, tidak lahir dari hura-hura, tapi dari kerja keras, tanggung jawab, dan cinta terhadap tanah sendiri,” pungkas Desy.

Reporter: Akbar Albanjar

Redaktur: M. Rahmat Syafruddim