Soe Hok Gie, aktivis dan intelektual Indonesia, dalam salah satu tulisannya pernah mengatakan, “Nasionalisme yang tidak memperhatikan nasib rakyat kecil adalah omong kosong.” Pernyataan ini seharusnya menjadi pengingat bahwa pembangunan yang tidak berbasis pada nilai keadilan sosial dan moralitas hanya akan menciptakan generasi yang apatis terhadap penderitaan masyarakat.
Hingga percakapan kami usai, waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore, saya mengulurkan tangan untuk berpamitan kembali ke rumah.
Sudah saatnya kita mempertanyakan model pembangunan yang mengandalkan sektor ekstraktif tanpa memperhatikan keberlanjutan. Pembangunan Maluku Utara harus didesain dengan perspektif keadilan sosial-ekologis, di mana suara rakyat menjadi pusat pengambilan keputusan, dan keberlanjutan lingkungan menjadi syarat mutlak.
Sebelum mengakhiri catatan refleksi ini, harapannya, moralitas masih masih mendekam dalam diri Kepolisian dan Gubernur untuk membebaskan 11 masyarakat Maba Sangaji yang ditahan oleh Polda Maluku Utara.
Tanpa itu, slogan “Maluku Utara Bangkit” hanya akan menjadi mitos kosong yang mengaburkan realitas krisis di tanah sendiri.