Namun sayangnya, alih-alih memperkuat sektor rempah dan kelautan, pemerintah justru membuka kran sektor pertambangan di berbagai daerah. Padahal, hadirnya tambang lebih sering menghadirkan bencana daripada manfaat: kerusakan lingkungan, pencemaran laut, polusi udara, pergeseran masyarakat adat, hingga kehancuran ekosistem.
Pertanyaannya, Indonesia dikenal dunia karena rempah dan laut, atau karena tambang dan limbahnya?
Sudah saatnya kita kembali ke jati diri bangsa ini. Membangun Indonesia bukan dengan menggali tanahnya untuk ditinggalkan rusak, tapi dengan menghidupkan laut dan rempahnya—seperti para leluhur kita, yang membuat dunia datang mencarinya.