Oleh :
Bukhari Fauzul Rahman
(Statistisi pada Badan Pusat Statistik)
Mengapa Maluku Utara dengan nilai indeks kebahagiaan sebesar 76,34 persen disebut sebagai Provinsi paling bahagia? Sejatinya data tersebut telah dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sejak akhir 2021. Namun, kembali menjadi viral setelah sejumlah tokoh negeri ini membicarakannya, termasuk oleh Presiden Joko Widodo saat menyampaikan bahwa Provinsi Maluku Utara memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia dan juga dunia.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka kita perlu mengenali metode yang digunakan untuk mengukur kebahagiaan masyarakat. BPS adalah institusi yang mengukur tingkat kebahagiaan menggunakan indeks Kebahagiaan. Indeks Kebahagiaan dihasilkan dari Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) yang dilakukan setiap tiga tahun sekali sejak tahun 2014.
Namun, karena kondisi pandemi maka pelaksanaan SPTK tahun 2020 ditunda hingga tahun 2021. Jumlah responden dalam mengukur tingkat kebahagiaan yaitu sebanyak 75.000 rumah tangga yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, termasuk sebanyak 1.040 rumah tangga di Provinsi Maluku Utara.
Unsur Teknis Indeks Kebahagiaan
Dalam mengukur indeks kebahagiaan, BPS mengadopsi sebagian komponen pada indeks yang dirancang oleh sebuah organisasi internasional yaitu OECD (Organisation for Economic Co-operation Development) yaitu Better Life Index.
Dari Better Life Index tersebut, kemudian dibentuk tiga dimensi yang berbeda tetapi terkait dimana ketiga dimensi tersebut merupakan manifestasi dari hasil evaluasi kehidupan yang menggambarkan kondisi Good Life dan Meaningful Life. Ketiga dimensi tersebut adalah dimensi Kepuasan Hidup (Satisfaction), dimensi Afeksi (Affection), dan dimensi Makna Hidup (Eudaimonia).
Setiap dimensi, memiliki indikator-indikator sebagai komponen penyusunnya. Dimensi Kepuasan Hidup merupakan review kondisi obyektif 10 domain kehidupan yang paling esensial dialami oleh setiap penduduk (OECD, 2011 dan 2013). Adapun ndikator-indikator pada dimensi Kepuasan yang merupakan perwujudan dari domain-domain kepuasan hidup antara lain yaitu, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kesehatan, perumahan, keharmonisan keluarga, waktu luang, hubungan sosial, keadaan lingkungan dan kondisi keamanan.
Berikutnya dimensi Afeksi, merupakan ulasan terhadap pengalaman terkait perasaan dalam kehidupan. Indikator-indikator yang terdapat pada dimensi Afeksi yaitu, perasaan senang, perasaan tidak cemas, perasaan tidak tertekan.
Kemudian dimensi ketiga, yaitu dimensi Makna Hidup, yang merupakan konsep yang menggambarkan kebermaknaan hidup yang melebihi diri sesorang atau good psychological functioning or flourishing. Indikator-indikator pada dimensi Makna Hidup terdiri dari penerimaan diri, tujuan hidup, hubungan positif, pengembangan diri, penguasaan lingkungan, dan kemandirian.
Menggali nilai Indeks Kebahagiaan Maluku Utara
Nilai Indeks Kebahagiaan Provinsi Maluku Utara pada tahun 2021 yaitu sebesar 76,34 yang merupakan nilai indeks tertinggi di antara seluruh provinsi di Indonesia. Nilai indeks tersebut mengalami kenaikan sebesar 0,66 persen poin dibandingkan kondisi pada tahun 2017 sebesar 75,68. Hebatnya, pada saat itu, Provinsi Maluku Utara juga merupakan Provinsi dengan nilai Indeks Kebahagiaan tertinggi di Indonesia, sehingga dapat dikatakan bahwa Provinsi Maluku Utara merupakan Provinsi paling bahagia di Indonesia dalam dua periode terkahir.
Bila kita telusuri lebih dalam lagi menurut dimensi-dimensi penyusun indeks kebahagiaan, maka diketahui bahwa nilai indeks pada dimensi Kepuasan Hidup yaitu sebesar 80,88. Angka tersebut merupakan merupakan nilai indeks dimensi Kepuasan Hidup tertinggi jika dibandingkan dengan angka pada dimensi yang sama dari seluruh Provinsi se-Indonesia.
Beberapa indikator yang memicu tingginya nilai indeks Dimensi Kepuasan Hidup masyarakat Maluku Utara yaitu keharmonisan keluarga yang kuat, terjalinnya hubungan sosial yang baik, keadaan lingkungan yang asri dan terjaga, kondisi keamanan yang kondusif, dan masyarakat Maluku Utara cenderung merasa puas dengan pekerjaan yang dimiliki dan pendapatan yang diterima.
Keharmonisan keluarga di Maluku Utara salah satunya dapat dilihat dari rendahnya jumlah perceraian. Menurut data Badan Peradilan Agama, jumlah perceraian Provinsi Maluku Utara yaitu sebanyak 1.273 kasus, dan merupakan salah satu paling rendah se-Indonesia. Sementara itu kondisi keamanan yang kondusif juga didukung dari data Kepolisian bahwa jumlah kasus kejahatan di Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu paling rendah berdasarkan laporan polisi (850 kasus pada tahun 2020) dengan tingkat risiko penduduk terkena kejahatan sebesar 69 per 100.000 penduduk dan termasuk terendah se-Indonesia.
Dimensi berikutnya yaitu dimensi Makna Hidup tercatat memiliki nilai indeks sebesar 79,41 dan merupakan nilai indeks tertinggi dari seluruh Provinsi se-Indonesia. Jika kita lihat lebih dalam lagi kinerja indikator-indikator pada indeks Dimensi Makna Hidup di Maluku Utara memiliki indikasi yang baik. Adapun indikator-indikator yang berindikasi baik terhadap Makna Hidup yaitu tingginya kemandirian masyarakat Maluku Utara, penguasan lingkungan oleh masyarakat secara baik, senantiasa menjaga hubungan positif dengan orang lain di dalam lingkungan masyarakat, dan penerimaan terhadap diri sendiri yang lebih baik dibandingkan masyarakat di Provinsi lainnya.
Baiknya kinerja indikator-indikator pada dimensi Makna Hidup di Provinsi Maluku Utara tidak terlepas dari dijalankannya norma-norma dan kearifan lokal yang terpelihara dalam adat istiadat dan kebudayaan masyarakat Moloku Kie Raha. Provinsi ini memiliki empat Kesultanan yang memiliki hubungan kekerabatan yang tinggi.
Jaelan Usman dalam La Sakka (2007) menggambarkan bahwa pada hakikatnya, Moloku Kie Raha adalah keseimbangan dalam bentuk Jou se Ngofangare atau yang secara bebas diartikan sebagai Kau dan Aku, yang mengandung makna bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi, segala pemikiran, segala hal yang akan dilakukan, harus berdasarkan atas kehendak Kau dan Aku.
Sedangkan secara konsepsional, Jou se Ngofangare merupakan landasan kehidupan Moloku Kie Raha yang memposisikan semua manusia dihadapan Tuhan adalah sama, tanpa melihat hegemoni dan subordinasi masing-masing. Dengan nilai-nilai luhur tersebut, masyrakat Maluku Utara cenderung hidup dalam kepuasan baik secara lahiriyah maupun bathiniyah.
Kemudian pada dimensi Perasaan, memiliki nilai indeks sebesar 67,92 dan merupakan satu-satunya dimensi yang mengalami penurunan nilai indeks, selaras dengan kondisi nasional dimana hampir seluruh Provinsi mengalami penurunan.
Bukan tanpa alasan, kecemasan masyarakat meningkat pada masa pandemi, khususnya kecemasan pada kesehatan. Akibat dari rasa cemas tersebut, masyarakat pun merasa tertekan sehingga mempengaruhi nilai indeks pada dimensi Perasaan. Meski demikian, indikator perasaan senang pada dimensi Perasaan justru mengalami peningkatan, dimana diduga memiliki keterkaitan dengan indikator penerimaan diri yang terdapat pada dimensi Makna Hidup.
Indeks Kebahagiaan merupakan Kesejahteraan Tidak Tampak
Indeks kebahagiaan adalah bentuk dari pengukuran tingkat kesejahteraan yang tidak tampak. Kebahagiaan merupakan kesejahteraan yang dirasakan oleh setiap anggota masyarakat, sehingga hanya dapat diukur dengan pendekatan studi kualitatif. Beragam studi tentang indeks kebahagiaan menyimpulkan bahwa kebahagiaan merupakan suatu bagian dari kesejahteraan dan bersifat subyektif. Kebahagiaan yang diukur pada indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit dari beragam indikator, sehingga dapat memiliki respon beragam dari masyarakat yang menjadi responden.
Sehingga, kebahagiaan tidak dapat dikaitkan dengan seberapa banyak uang yang dimiliki oleh seseorang. Untuk itu, indeks kebahagiaan dapat dipertimbangkan menjadi sebuah indikator kontrol terhadap kesejahteraan anggota masyarakat. Perlu dicatat bahwa Indeks Kebahagiaan tidak dapat diinterpretasikan sebagai suatu proporsi populasi, karena sejatinya angka tersebut merupakan suatu capaian atau skor daripada setiap indikator-indikator yang diukur.
Pemerintah khususnya melalui pemerintah daerah dapat merancang kebijakan intervensi pada sebagian indikator-indikator dimensi Kepuasan Hidup yang bersifat kuantitaif. Misalnya, kepuasan terhadap pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan. Intervensi pemerintah terhadap kedua layanan dasar tersebut bukan hanya akan meningkatkan kepuasan hidup, tetapi juga secara bersamaan dapat meningkatkan kualitas pembangunan manusia.
Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan harapan hidup seorang penduduk. Begitu pula dengan pendidikan berkualitas. Kedua indikator tersebut merupakan indikator penyusun Indeks Pembangunan Manusia.
Selain pelayanan dasar, Pemerintah dapat mengintervensi ketersediaan lapangan pekerjaan yang layak. Seyogyanya, pekerjaan yang layak memberikan kepuasan yang lebih bagi masyarakat. Pekerjaan yang layak juga memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk memperoleh pendapatan dan jaminan sosial yang lebih baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.
Semoga, Maluku Utara tetap menjadi Provinsi yang paling bahagia dan pemerintah daerah dapat mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.