Jelajah Gua Popogu di Sangowo Morotai

Morotai,- Mengunjungi Pulau Morotai dan menikmati keindahan pantainya yang memukau, rasanya akan bertambah seru jika dilengkapi dengan wisata jelajah gua.

Gua Popogu, sebuah gua bentukan alam yang menawarkan pengalaman berbeda jika dikunjungi, terutama bagi mereka yang menggemari wisata jelajah gua. Bagi pembaca yang berniat mengunjungi Morotai, cobalah untuk mampir di gua Popogu, tepatnya di Desa Sangowo, Kecamatan Morotai Timur. Reporter Sentranews.id berkesempatan mengunjungi gua tersebut, Senin 8 November 2021.

Kali Sangowo, jalur menuju gua Popogu

Kedatangan kami disambut oleh sekumpulan pemuda yang tergabung dalam Komunitas Peduli Wisata – Sangowo Barat (KPW-SB). Sebuah komunitas yang berupaya  memperkenalkan berbagai potensi wisata lokal di Morotai, khususnya di desa Sangowo.

“Kami berinisiatif membentuk komunitas ini agar dapat memberi informasi kepada publik, bahwa Pulau Morotai memiliki berbagai tempat wisata, selain pantai, terdapat aneka peninggalan PD II, juga terdapat gua Popogu,” ujar Ketua KPW-SB, Darwis Sibua.

Suasana di dalam gua

Menurut pria 40 tahun tersebut, keberadaan gua Popogu ia ketahui sejak tahun 2004. Di tahun itulah awal mula ia dan beberapa rekannya menjelajahi gua tersebut.

“Waktu itu kalo tra salah sekitar tahun 2004, torang pigi cari udang di sepanjang aliran kali Sangowo. Karena tra dapa udang dan juga perjalanan pada saat itu torang so sampe di sekitaran gua, torang rubah rencana dan masuk ke dalam untuk pertama kalinya,” ungkap Darwis.

Ketua KPW-SB, Darwis Sibua, berfoto bersama putrinya

Berjarak sekitar 1 km dari pemukiman warga, untuk tiba di gua, dapat ditempuh dengan menumpang mobil atau sepeda motor selama hampir 30 menit. Perjalanan akan melewati perkebunan warga dan menyusuri aliran kali Sangowo, hingga tiba di titik pemberhentian yang sudah ditetapkan.

Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 15 menit dengan terus menyusuri aliran kali Sangowo hingga tiba di pintu gua. Sepanjang jalan, pengunjung akan disuguhi keindahan alam yang asri nan teduh, aliran kali yang berkelok, dipadu gemercik lembut suara air serta suasana hutan yang hijau, membuat perjalanan terasa menenangkan.

BACA JUGA   LSM Babari Coruption Watch Siap Awasi Anggaran DAK untuk Distan Ternate
Para pemuda KPW-SB bersama wisatawan asal Jepang

Sejak pertama kali ditemukan, cerita tentang gua Popogu telah menyebar dan mengundang banyak pengunjung. Selain warga lokal, gua ini juga sering dikunjungi oleh wisatawan dari luar Morotai, bahkan dari mancanegara.

Lebih jauh, Darwis menyampaikan, bahwa di tahun 2015, demi kenyamanan para pengunjung, telah dibangun beberapa fasilitas penunjang untuk wisata Gua Popogu. Kepada kami Darwis berkisah, bahwa pernah ada sekelompok mahasiswa dari Semarang yang membangun gazebo disekitar lokasi gua.

Beberapa pengunjung berfoto dengan latar stalaktit gua

“Ada yang datang dari luar daerah, dulu itu ada mahasiswa yang melakukan kegiatan Kuliah Bersama Masyarakat (KUBERMAS), mahasiswa asal kota Semarang di tahun 2015,” lanjut Darwis.

Selain itu, menurut Darwis, pihaknya saat ini membutuhkan sejumlah peralatan keselamatan, mengingat wisata gua (caving) diketahui memiliki resiko tersendiri.

“Kami  berharap supaya ada dorongan dari pemerintah kabupaten untuk membantu sebagian keperluan yang dibutuhkan untuk keselamatan pengunjung, berupa lampu, senter kepala, sepatu bot khusus gua dan segala sesuatu yang torang perlukan untuk jelajah gua,” tambahnya.

Lubang vertikal yang sering di jadikan sebagai jalan masuk/keluar gua

Berdasarkan keterangan pengunjung, untuk harga tiket masuk ke area gua, setiap pengunjung akan dikenakan tarif Rp. 10.000/orang. Namun karena pandemi, untuk sementara masih digratiskan oleh pengelola.

“Biasanya 10 ribu, tapi karena masih pandemi jadi belum dikenakan tarif masuk,” terang Akbar sibua, salah seorang pengunjung.

Seperti halnya beberapa gua yang lain, gua sepanjang kurang lebih 1 km ini juga memiliki batuan stalagmit dan stalaktit, yang tentu proses terbentuknya membutuhkan waktu ratusan tahun. Di dalam ruangan gua yang sebagian besar dialiri air, terdapat beberapa air terjun kecil dan kubangan-kubangan, lantai gua yang licin mengharuskan pengunjung yang masuk agar memperhatikan setiap langkah kaki dan sebaiknya dilengkapi dengan alat keselamatan yang memadai.

BACA JUGA   PLTU Tidore Berapa Lama Lagi Mau Bertahan dengan Batubara?
Pengunjung berfoto di salah satu bagian gua

Selain mulut gua yang letaknya ditepian kali, terdapat juga lubang vertikal dengan juntaian akar-akar pohon dari atas gua, yang biasa digunakan sebagai jalur keluar menuju ke hutan Sangowo. Di dalam gua juga hidup aneka satwa yang membentuk ekosistem gua, seperti kelelawar, udang gua, laba-laba dan lainnya.

Meskipun menawarkan keindahan dan pengalaman wisata yang berbeda, kondisi gua dan area sekitarnya kini tampak membutuhkan sentuhan yang lebih serius. Keberadaan Perdes No.5 Tahun 2018 tentang Pengembangan Desa Wisata, yang menetapkan gua ini sebagai aset desa Sangowo, nampaknya belum diterapkan secara optimal. Padahal sebagai aset desa, keberadaan gua tentu berguna bagi peningkatan pendapatan dan dapat menunjang aktivitas perekonomian warga.

Reporter : Arqam Djumad
Editor : Redaksi