Loloda adalah “surga tersembunyi” dengan hutan tropis, air terjun, pantai, tebing karst, pulau-pulau kecil, dan keanekaragaman bawah laut yang harus dikelola dengan baik oleh masyarakat dan di dukung oleh Pemerintah tanpa harus merusak makna dari bonus demografi itu sendiri.
Secara umum, publik optimis bahwa jika diperkuat dengan akses, teknologi, dan perhatian serius dari pemerintah, kearifan lokal dapat menjadi mesin pembangunan di sektor perikanan, pertanian, dan pariwisata
Akhirnya, mengangkat suara orang Loloda bukan sekadar proyek kemanusiaan, tapi juga koreksi atas model pembangunan yang selama ini menempatkan wilayah pinggiran sebagai objek, bukan subjek. Dalam sunyi hutan dan derasnya sungai Loloda, suara-suara itu masih ada, selalu menunggu untuk didengar dan diperjuangkan.