Firman Soebagyo, Anggota Baleg DPR RI

Jakarta – Anggota Badan Legislasi DPR RI Firman Soebagyo, menegaskan bahwa kondisi pertekstilan sepuluh Tahun terakhir ini, sangat memprihatinkan, dibandingkan dengan era Bung Karno dan Pak Harto, yang pernah mengalami kejayaan.

“Di Era Bung Karno dan Pak Harto dulu, pertekstilan mengalami kejayaan, namun sepuluh tahun terakhir sebelum Pak Prabowo, ini adalah kehancuran dari pertekstilan nasional,” ujar Firman dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Ketum DPP IKATSI, Asosiasi Pertekstilan Indonesia. APSyFI dan Asosiasi Pengrajin dan Pengusaha Batik Indonesia di ruang rapat Baleg pada Senin (26/5).

Menurutnya DPR RI sebagai perpanjangan tangan masyarakat, memiliki tanggung jawab untuk mendorong regulasi yang dapat memproteksi pertekstilan nasional, dengan mendorong sejumlah aspek, agar di atur dalam Undang-Undang Pertekstilan, karena ini merupakan open legal policy sehingga menjadi kewenangan DPR RI.

Dirinya mengusulkan agar dibentuk Fokus Grup Diskusi (FGD) sehingga dapat mendengar penyampaian pokok-pokok permasalahan yang dihadapi, kemudian membahasnya hingga tuntas untuk selanjutnya didorong ke dalam Undang-Undang Pertekstilan mulai dari aspek teknis, hulu, hingga bahan baku.

“Kita bahas sampai tuntas dari pagi sampai sore, jika perlu sampai malam. Kemudian dari situ kita rumuskan, mana poin-poin yang harus dimasukan di UU, mulai dari aspek teknis, hulunya, dan bahan bakunya. Misalnya Pulppeaper atau bubur kertas yang merupakan bahan utama pembuatan kertas, yang memang ada tapi belum di atur dalam regulasi, ” ujar Firman.

Ia juga menambahkan, yang dibutuhkan dalam industri tekstil sekarang ini adalah kapas, akan tetapi kapas di didunia sekarang sudah mulai terbatas, bahkan di Indonesia nyaris habis, disebabkan karena tidak ada jaminan harga.

“Kita perlu mendorong untuk digelarnya FGD dan setelah mendapatkan masukan dari stakeholder kemudian kita bahas lagi dalam rapat dengan pemerintah, sehingga regulasi yang kita buat adalah berdasarkan kepentingan industri pertekstilan, supaya kita bisa kembali pada kejayaan perstekstilan nasional,” tandasnya.

BACA JUGA   Tidore Gempar, Bayi Ditemukan Meninggal di Dalam Kardus

Reporter : Tim Sentra

Editor : M. Rahmat Syafruddin