Mouchrand Abdanu Adam, S.sos

Oleh : Mouchrand Abdanu Adam, S.sos (PEGIAT SOSIAL)

Jejak Perjalanan kehidupan masyarakat Pulau Makian dan Pulau Kayoa hingga gugusan pulau kecil yang berada pada bentangan barat Maluku Utara tidaklah memiliki masyarakat migrasi dari satu daerah ke daerah yang baru sebagaimana penerapan program transmigrasi yang diterapkan oleh Pemerintah saat ini. Sesungguhnya masyarakat di kawasan ini memiliki konsep berfikir tentang pencarian makna hidup, bagaimana manusia ciptaan Allah SWT Tuhan Maha Kasih kepada setiap ciptaaNya, dan itu adalah perjalanan pribadi sebagai manusia yang memiliki keunikan bagi setiap individu.

Ada Perspektif filsafat dalam berbagai pandangan tentang perjalanan kehidupan setiap orang yang dapat memberikan pemikiran untuk membantu setiap manusia agar memahami dan menemukan makna hidupnya sendiri, yang sesungguhnya sesuai dengan keinginan hati dan harapan masa depan generasinya kelak.

Dalam Filosofi dengan bahasa orang Makayoa khusunya Makian Dalam (Tantub ne hio lo birahi titdo yang pe, lekat lo masure titdo toban alho de naladaiko tithu) yang berarti “Hidup ini baik dan kenikmatan kita sendiri, baik dan buruk kita punya tunggu siapa yang perbaiki hidup kita”.

Melalui pemikiran dan pengetahuan walaupun kadang sedikit radikal, atau sedikit menyimpang dari keharmonisan antara hidup dan ketersediaan alam, disinilah bagaimana setiap orang memiliki potensi untuk menemukan tujuan dan makna yang mendalam untuk mencapai atau mendapatkan kehidupan yang lebih baik seperti kata Jean-Paul Sartre tentang Kebebasan Radikal adalah seorang filsuf eksistensialis, menekankan bahwa manusia adalah makhluk yang sepenuhnya bebas dan bertanggung jawab atas makna dan tujuan hidupnya sendiri.

Menurut Sartre, tidak ada makna hidup yang ditentukan sebelumnya; sebaliknya, setiap individu harus menciptakan makna hidupnya melalui pilihan dan tindakan yang mereka ambil. Didalilkan juga oleh Plato sang murid sosok filsuf dunia Socrates, mengembangkan teori alam ide. Menurutnya, makna hidup manusia terletak dalam usaha mencapai pengetahuan yang lebih tinggi tentang dunia ide yang sempurna, Ia berpendapat bahwa dunia materi hanyalah bayangan dari realitas yang sejati dan bahwa makna hidup dapat ditemukan melalui pencarian kebijaksanaan dan pemahaman tentang ide-ide murni yang tercipta sendiri atas perlakuan kehidupan yang terjalani hingga melahirkan 393 desa di provinsi Maluku utara.

BACA JUGA   Pilkada 2024; Kemerdekaan untuk Memilih

Dari filosofis makna hidup dan kehidupan ini diatas sangat terlihat jelas dimana dalam jiwa dan karakter serta kultur masyarakat Makian, Kayoa atau (orang Makayoa) itu sudah terbentuk sejak lama dimana mas kesultanan, masa kekuasaan basolut yang terjadi di jazirah ini ketika ini manusia yg nama besarnya adalah orang Makayoa yang terhampar dan menempati di jazirah ini hingga kekinian bisa kita telisik tentang bagamana manusia Makayoa itu dapat mengakselaraskan kehidupanya dalam menghadapi setiap era berganti masa yang kadang harus mengorbankan jiwa dan raganya sendiri.

Dilihat dari kehidupan Manusia di pulau Makian khususnya memiliki daya juang yang sangat luar biasa era berganti kadang mereka terusir diatas tanahnya sendiri oleh Bencana Alam Gunung Api maupun Pemerintah yang mengatasnanamakan kebijakan Negara, maka memunculkan pemikiran dengan banyak muatan pertanyaan besar yang sampai saat ini tidaklah terjawab. Sebagai anak yang lahir dan tumbuh besar diatas bukit dan tanah ini maka kami mengambil kesimpulan, mungkin manusia diatas tanah ini adalah sepsis manusia yang harus menjalankan amanah dari Tuhan, bahwa manusia di tanah ini diciptakan untuk menjadi contoh bagi kehidupan manusia lainya dimuka bumi dari nama kampong hingga kehidupanya sendiri sangatlah terkait erat dengan ungkapan yang sedikit ekstrem kita bisa lihat Nama Pulau Makian dan nama Gunung Api nya KIE BESI. Bila kita artikan kata Makian sesungguhnya sangat ekstrem dimana mengartikan sebagai Cacian hinaan atau apapun yang pasti sangat negatif.